Senin, 11 Oktober 2010

Akhirnya Dapat Juga Tomat Cherrynya

Bibit tomat cerinya tidak ketemu juga, saya mencoba memakai cara memutar. Aku cari tomat ceri di supermarket setelah keliling-keliling akhirnya ada satu supermarket yang menjual tomat ceri, senangnya luar biasa, seperti menang undian deh. Tapi tomatnya masih orange semu-semu hijau, tidak tahu bisa apa tidak yang penting dicoba dulu deh.

Si tomat ceri dipencet sampai keluar bijinya lalu dicuci sampai bersih dan dijemur sampai kering, tapi jangan jemur di bawah terik matahari langsung. Setelah kering rendam di air hangat minimal 30 menit dan semai. Hasilnya tidak karuan ada yang tidak tumbuh, ada yang tumbuh tapi keriting dan tidak gede-gede, untungnya ada juga yang tumbuh dan bagus walau cuma beberapa batang. Kesimpulannya ini bibitnya dari benih F1 alis hybrid memang kalau di tanam gak akan seperti aslinya. Aku anggap saja lagi melakukan dehibridisasi siapa tahu bisa stabil sampai turunan kesembilan.

Dari beberapa tanaman yang sehat itu akhirnya aku pindahkan ke pot tanam, akhirnya dengan ketelatenan bapakku bisa berbuah juga, emang bertangan dingin si bos. Ini dia salah satunya yang berhasil berbuah.


Kayanya saya bakalan menikmati buah tomat ceri, sudah kelihatannya buahnya bakalan banyak, mudah-mudahan bisa selamat walaupun hujan terus menerus. Soalnya mereka hidup tanpa pestisida, kalau ada serangan penyakit yang bisa saya lakukan cuma pasrah, soalnya tidak rela kalau mesti pakai pestisida. Apa artinya menanam sendiri kalau harus beracun juga, mending beli aja.


Kelihatannya buahnya bakalan banyak dalam satu pohon. Inilah yang paling aku sukai dari tomat cherry, produktivitasnya yang luar biasa, walau kalau ditimbang yah beratnya sama saja sama tomat biasa mungkin bahkan lebih ringan. Memandang saja rasanya sudah senang, tiap sore acara minum teh pindah ke sini, asyik aja minum teh sambil mandangin tanaman ini.


Hanya tinggal menunggu waktu hingga si tomat merah merona, kadang tergoda juga buat bikin sambel ijo tapi sayang banget metiknya. Lebih baik tunggu sampai merah semua. Kelihatan banget deh saya doyan sambel ijo :)


Sepertinya alam berbaik hati dan tomat ceri pun mulai memerah dan siap masuk perutku. Entah kenapa tomat ini rasanya manis segar padahal tomat ceri yang dulu di beli di supermarket asemnya nyaingin jeruk nipis, mungkin karena belum matang. Akhirnya karena rasanya enak pada akhirnya si tomat ceri jadi camilan sekeluarga dan tidak ada yang jadi sambel semuanya habis dicamil.


Rasanya tidak menyesal menanamnya semua kerepotan rasanya terbayar dengan rasa tomat yang manis dan menyegarkan, pokoknya gak nyesel deh menanamnya.


Ayo coba tanam juga selain rasanya jauh lebih enak daripada beli dan lebih murah juga, soalnya harga tomat cherry rada mahal karena jarang ada yang membudidayakannya. Kalau menanam sendiri lebih aman karena enggak pakai pestisida.

Sekarang saya lagi menanam bayam kangkung, caisim, terung sama bayam merah. Kalau ada waktu nanti aku posting lagi. Ayo tanam apa yang kita makan dan tak ada tempat bukan halangan, karena di pot juga bisa panen kok.

Selamat berkebun dan nikmati hasil panen Anda :)

Minggu, 10 Oktober 2010

Pengalaman Pertama Menanam Tomat

Saya lagi mencoba berkebun karena ternyata penggunaan pestisida di negara kita, ternyata  melewati ambang batas, pantas saja banyak yang terkena penyakit aneh dan berbahaya seperti kanker.

Alasan ini merupakan motivasi awal saya mencoba menanam sayuran yang sering aku dikonsumsi, sekarang yang lagi saya tanam tomat karena kami mengonsumsinya setiap hari. Menurut penelitian ternyata tomat merupakan salah satu sayuran dengan kandungan residu pestisida yang tinggi karena banyak menggunakan pestisida dalam tahap penanamannya. Bayangkan betapa tingginya residunya di tubuh kita jika kita mengonsumsinya setiap hari.

Bibit
Sebenarnya saya mau menanam tomat ceri tapi nyari bibitnya susah padahal menurut saya tomat ceri itu lebih enak kalau dimakan langsung, lebih gampang ditanam dan yang paling asyik buahnya banyak dalam satu pohon. Nah ini dia yang jadi masalah, gila susah banget nyari bibit tomat ceri di Bandung (entah saya yang tidak tahu beli di mana dan memang jarang yang jual kemasan hobi untuk tomat). Setelah mencari di toko-toko pertanian di Bandung ternyata gak ada, di Lembang juga ga ada. Akhirnya setengah putus asa dari bibit yang ada saya cari yang paling kecil ukurannya (walaupun bukan tomat cherry dan isinya banyak pula).

Tanam
Setelah dapat bibitnya, mau di tanam di manakah sang tomat karena harus kena sinar matahari langsung minimal 8 jam, batal deh nanam di beranda. Niat awalnya sih nanam di sana, semua tanah di rumah sudah jadi bangunan, yang kosong cuma tempat jemuran pakaian dan akhirnya diputuskan di sanalah si tomat akan di tanam. Berhubung lagi enggak ada dana buat membeli pot yang sesuai standar dan indah, akhirnya ember di rumah yang aku korbankan dan beberapa pot lima ribuan dari hasil jalan-jalan di Punclut.

Media tanamnya beli di salah satu toko pertanian, terus terang biaya beli media tanamnya lebih mahal dari pot dan benihnya. Nanti saya mau belajar bikin sendiri tapi katanya media tanam yang udah ada tinggal ditambahin pupuk kandang atau kompos saja tapi tetap saja pada akhirnya harus diganti.  

Maka mulailah perjalananku menanam tomat di atap rumah nan sempit. Dengan sedikit keberuntungan akhirnya si tomat yang berbuah juga (habis hujan deras setiap hari). Terus terang saya senang sekali tomat ini akhirnya berbuah, saya pernah menanam sansivera, sirih merah dan polia tapi semuanya habis dibantai anjingku. Dengan kata lain inilah tanamanku yang pertama membuahkan hasil dan bisa dimakan pula.

Foto yang ini waktu tomatnya mulai menunjukkan beberapa calon buah, bulat-bulatan kecil berwarna hijau muda itulah yang akan membesar menjadi buah tomat yang merah merona.



Setelah semua buah terbentuk tampilannya menggiurkan. Calon tomat yang akan saya nikmati dan pasti akan jadi sambel yang enak banget. Saya menganggapnya sebagai ini tomat organik karena tidak pakai pestisida walau masih diberi pupuk NPK juga sewaktu mulai berbunga, karena kata bapak saya haranya tidak akan cukup, walau saya yakin bisa kok dengan kompos saja.


Mungkin karena tomat ini hibrida jadi pertumbuhannya seragam dan memiliki kekebalan terhadap penyakit tertentu. Lumayan buat pemula seperti saya untuk mencegah gagal panen tanaman sayuran pertamaku. Oh iya tomat itu di kategorikan sayur untuk mempermudah pemasaran padahal secara ilmiah dikategorikan sebagai buah.

Sudah mulai terlihat kalau tomatnya mulai memerah dan sudah bisa digunakan untuk memasak jika diperlukan, dan sudah pas kalau mau bikin sambal ijo. Ini namanya berhemat dan bersenang-senang pada saat bersamaan.



Mungkin karena jenis tomatnya determinate maka buah tomatnya matang dalam jangka waktu yang berdekatan. Sehingga hasil panen lumayan melimpah pada saat bersamaan. Kalah kecepatan kita menghabiskannya dengan kecepatan buahnya masak, sampai aku rajin minum jus tomat dan bikin gula tomat saking sayangnya kalau tomatnya terbuang percuma dan memang rasanya lebih enak dibanding tomat di pasar karena matang di pohon. 

Kalau kebetulan kalian panen tomat pada saat yang sama bisa dibekukan jika Anda mau. Walau bentuknya sudah tidak karuan saat dicairkan tapi rasa tomatnya tetap terjaga dan tetap enak. Kalau tomat beku untuk jus mungkin lebih cocok karena tidak perlu lagi menambahkan es batu cuman pastikan Anda memotongnya kecil-kecil sebelum membekukannya supaya blendernya lebih mudah menghancurkannya.

Selamat berkebun dan nikmati hasil panen Anda :)