Minggu, 12 Juni 2011

Terong Telunjuk alias Terong Medan

Anda tahu kenapa terong ini dinamai terong telunjuk, karena ukurannya memang kecil sekali jika dibandingkan terong biasa. Kalau beli sekilo dapatnya banyak. Orang rumah suka banget sama terong ini apalagi kalau disantan sama udang atau dibuat tauco. Di Bandung masih jarang yang jual cuma ada di pasar Andir kalau lagi hoki. Di supermarket juga suka ada tapi harganya jadi mahal banget. Jadi setelah minta bibitnya sama oma di medan sana, mulailah ditanam.


Pertama semai dulu bibitnya sampai menghasilkan 4 atau 5 daun sejati, yang artinya sudah siap untuk dipindahkan ke tempat permanen untuk pertumbuhannya nanti. Berhubung dulu belum punya seedling tray dan pot kecil cuma sedikit maka disemai saja di wadah yang ada, manfaatkan saja apa yang ada. Jangan lupa lubangi bawahnya untuk membuang kelebihan air.


Ini dia si terung di pot permanennya di ember besar mudah-mudahan bisa selamat sampai menghasilkan buah yang bisa di masak. Terong cukup mudah untuk di tanam dan tidak terlalu manja seperti tomat yang rawan penyakit di musim hujan.


Ini dia penampakan individualnya, rasanya daunnya terlalu lebar mungkin karena  pupuknya terlalu banyak. Soalnya makin lebar daunnya makin rentan ada hama bersembunyi di bawah daunnya. Tapi senang juga kalau tanamannya kelihatan gede gini.


Tanamannya lumayan gede sampai akhirnya di tebang dan di biarkan tunas baru tumbuh. Karena tanaman aslinya jadinya terlalu besar dan buahnya sedikit, akibat daun terlalu lebar itu emang jadi ada hama yang bersarang di sana.


Bunga berwarna ungu lumayan cantik tapi anginnya kencang banget jadi gak ada yang masih utuh bunganya waktu di foto. Yang penting masih bisa panen apalah arti bunga cantik selama mendapatkan panen terong yang melimpah.


Ini dia si calon buah kelihatan bakalan sekecil apa. Liatkan bintik hitam di belakang daunnya, itu dia si pendatang tak diundang. Cuman ditangani pakai air sabun yang diencerkan (1sdm dengan tiga liter air, jangan terlalu pekat nanti kalau jatuh ke media tanam, mengganggu mikroba tanah dan cacing). Ada sedikit hama tidak apa-apa yang penting terong ini terus bisa berbuah dan tidak pakai pestisida. 

Tanaman ini lumayan bikin atapku asri karena tanamannya lumayan gede apalagi sebelum ditebang. Makin banyak saja yang bisa aku pelajari setiap kali mencoba tanaman baru karena masing-masing punya ciri khas yang unik.

Happy Gardening Anyone!.



Ada Apa di Kebun

Sudah lama gak posting gambar kebun atapku. Mumpung ada waktu aku posting foto-foto lamanya. Gak ada yang spesial soalnya tempatnya sempit jadi harus diatur-atur supaya muat. Biasalah kalau baru berkebun semuanya ingin ditanam tapi tempat terbatas. Tempatku ini ukurannya cuma 1 x 2 meter jadi sempit banget.

Lagi dapet spot bagus buat ngeliat kebunnya.
Ini tanaman markisa medan yang buahnya ungu, buahnya oleh-oleh dari saudara, bijinya dicoba di tanam ternyata tumbuh. Kita lihat saja apakah tanaman cantik ini akan berbuah, ternyata pucuknya bisa dikonsumsi walaupun rasanya agak pahit tapi bisa diterima lidahku yang manja ini. Jadi kalau akhirnya tidak berbuah bisa jadi sumber sayuran baru. 

Markisa Medan
Ini dia tanaman seledri yang lagi banyak ditanam tapi sekarang sudah habis soalnya rajin dikonsumsi sama bapakku yang lagi kena darah tinggi dan ada yang bilang ini ampuh buah menurunkan darah tinggi. Jadi tiap hari makan ini entah itu dilalap atau direbus untuk diminum airnya. Jadi kalau punya darah tinggi rajin-rajin ya makan si hijau ini. Seledri ini jenis seledri besar bukan yang jenis buat sayur sop, dulu pernah beli di punclut satu ikat, daunnya dimakan batang bawah dan akarnya ditanam. 

Seledri
Pohon jeruk purut dibawah ini penghuni tetap di kebunku. Pohon jeruk purut ini ditanam bukan demi buahnya tapi untuk daunnya yang super harum itu. Apalagi makanan di rumahku sering sekali membutuhkan ini apalagi untuk memasak ikan yang anyir daun jeruk ini harus ada. Karena di pasar enggak selalu ada dan daun jeruk biasa aromanya kurang mantap maka bapakku memutuskan menanamnya. Menurut saya sebuah keputusan yang sangat bijaksana karena selain bisa panen daunnya setiap saat kadang-kadang ada buahnya juga. Daun jeruk ini kira-kira sudah berumur 10 tahun tapi tetap kecil mungkin karena ditanam di pot.

Jeruk purut
Caisim alias Sosin. Orang Bandung menyebutnya sosin tapi dikenal dengan nama caisim, bapak saya menyebutnya dengan sayur manis. Ini juga lumayan menyenangkan menanamnya karena cepat besar yang berarti cepat juga panennya. Ini juga sudah tidak ada alias sudah di panen, bisa lebih panjang masa panennya kalau yang dipetik hanya daunnya yang sudah besar dan jangan dicabut dengan akarnya seperti yang saya lalukan. Biasanya kalau ingin makan indomie tinggal keatas petik sebatang, cuci, potong dan cemplungin ke indomienya. Selain itu biasanya ditumis dengan saus tiram dan tahu.

Caisim
Ini si bayam  merah, ditanam sendiri karena di pasar jarang ada, dan kami sekeluarga terlanjur suka. Sebenarnya ini termasuk bayam cabut tapi biasanya di ambil pucuknya saja dan biarkan agar bertunas lagi untuk konsumsi selanjutnya. Kalau mau di buat keripik bayam biasanya daunnya dibiarkan agak besar lalu dipetik, keripik bayamnya jadi unik karena berwarna merah.

Bayam merah
Semua tanaman di pot ini berguna dan menyenangkan apalagi ketika menikmati hasilnya. Aku bersyukur bisa mengenal dunia berkebun ini, walaupun cuma bisa menanam di pot. Bisa dapat sayur gratis dan atapku enggak gersang lagi, kalau sore-sore nongkrong di sana sambil kerja atau minum teh. Apalagi kalau kerjaan bikin jenuh bisa ngeliatin tanaman sebentar, kalau sudah semangat lagi, lanjut kerjanya. Gardening is good stress relieve.