Kamis, 10 Juli 2014

Si Manis Stevia

Sudah lama sekali pengen nanam tanaman ini, akhirnya dapat juga. Kenapa saya ingin sekali menanam stevia? Bapak saya sudah belasan tahun mengidap diabetes. Selama ini menggunakan aspartame sebagai pengganti gula. Banyak sekali informasi di luar sana tentang bahaya aspartame, kasian juga bapak kalau dikasih aspartame terus, pengen ganti sama yang alami.

Akhirnya setelah google sana sini, nemu deh tentang tanaman stevia ini, banyak sekali digunakan sebagai pemanis di Jepang, bahkan sebelum populer seperti sekarang. Lucunya lagi ternyata ditanam di negara kita dan banyak diimpor ke Jepang sana.

Tingkat kemanisan tanaman kering sekitar 40 kali kemanisan gula dan berkalori rendah setelah diekstrak berbentuk bubuk putih biasanya bisa sampai 200-500 kali kemanisan gula. Kalau ekstrak sih di toko banyak, dan biasanya di kasih bahan lain, lebih suka yang alami saja toh buat konsumsi sendiri. 

Akhirnya dapat juga tanamannya, setelah proses adaptasi beberapa minggu, akhirnya bisa memanfaatkan daunnya. Seperti inilah penampakan daunnya, katanya rasanya lebih prima kalau dipetik sebelum berbunga.


Tanaman ini bahagia kalau tanahnya agak longgar jadi banyakin sekam soalnya pertumbuhan akarnya lama banget kalau tanahnya padat.


Lumayanlah sekarang sudah bisa petik stevia gratis, aman tanpa proses pemurnian dengan bahan tambahan yang tidak aman. Bunga juga sudah mulai bermunculan saya biarkan beberapa biar jadi benih. Walaupun banyak yang bilang susah banget numbuhin stevia dari benih. Siapa tahu hoki bisa numbuh :)


Saya kalau lagi buru-buru biasanya langsung direbus sama air panasnya. Kalau cuaca lagi panas dan setok daun stevia cukup banyak saya keringkan. Cukup cuci bersih terus keringkan lalu masukin ke blender bumbu (mill) jadi deh :). Nanti Update lagi deh kalau bunganya sudah jadi penasaran pengen nyobain nyemai. 

Jumat, 09 Mei 2014

Panen Umbi Gladiol

Setelah semua bunga gladiol dipetik tinggal menunggu agar umbi terbentuk dengan sempurna. Ada yang bilang tunggu sampai daunnya mengering, tapi Bandung hujan terus setiap hari saya takut umbinya akan membusuk, jadi saya intip dengan menggali permukaan tanah begitu saya lihat umbinya sudah cukup besar, saya memutuskan untuk memanennya.

Umbinya terlihat seperti ini, ada corm dan cormel (umbi kecil itu disebut cormel) saya mendapatkan banyak cormel karena saya menanamnya tidak terlalu dalam. Cormel akan menghasilkan bunga nantinya tapi akan membutuhkan dua atau tiga kali penanaman agar umbi cukup besar untuk menghasilkan bunga.


Seneng juga nyabutinnya serasa panen ubi ada yang jadi dua umbi, ada yang cuman dapet satu tapi gede dan cormelnya banyak. 


Yang kisut di bawah umbi yang besar itu, adalah corm yang dulu kita tanam. Cormnya menyusut, gak tahu masih bisa dipakai atau enggak, melihat bentuknya sudah kaya gitu, saya buang saja.



Setelah dicuci kayak ginilah penampakannya, umbinya berwarna kuning dilapisi kulit berwarna pink keunguan, entah sudah cukup tua atau belum.


Tinggal tunggu cormel dan cormel kering sebelum disimpan, saya jemur di tempat kering, sirkulasi udaranya bagus tapi tidak terkena matahari langsung.


Setelah kering simpan di kantong kertas, tunggu hingga masa dormansinya berlalu, tapi kalau ngebet pengen nanam bisa ditaruh (setelah kering) di kulkas sekitar dua minggu, tapi tidak boleh ada buah-buahan di dalam kulkas, katanya tidak akan tumbuh kalau ada buah di kulkas.