Sabtu, 11 Desember 2010

Determinate atau Indeterminate

Pada posting pertama tentang pengalaman pertama menanam tomat di sana tertulis tentang salah penangan terhadap tomat pertamaku. Tomat yang aku tanam berjenis determiniate tapi aku perlakukan seperti indeterminate. Hal tersebut otomatis mengurangi jumlah buah yang didapat. Aku menulis tentang kebiasaan tumbuh tomat supaya kalian tidak mengalami hal yang sama dan dapat panen yang maksimal.

Jenis-jenis Tomat berdasarkan kebiasaan tumbuh (growing habit).
Umumnya ada tiga jenis tomat, yaitu Indeterminate (Cordon), Determinate (Bush) dan Dwarf Bush (Hanging basket) masing-masing memiliki pola pertumbuhan yang berbeda dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan kalian  dan tempat yang tersedia.
  
Tomat Indeterminate (Cordon)
Tomat jenis ini akan tumbuh tinggi banget jadi akan memerlukan tiang tambahan supaya tidak rubuh, karena tidak mampu menahan beratnya. Tomat jenis ini bisa mencapai 2,5 meter bahkan ada yang khusus di kembangkan bisa mencapai 7 meter. Aku biasanya pake bambu yang mudah di dapat. 

Pinching out the shoots from the 'armpits' of tomato plants
images from growveg.com

Tunas di ketiak daun bisa dijarangkan jika tidak ingin tanaman tidak terlalu besar dan menyemak kemana-mana atau bisa dicoba french pruning 3 biar rapi. Kalau tanam di pot lebih baik tunasnya di jarangkan agar tidak terlalu besar dan rawan terkena penyakit karena kelembapan yang tinggi terutama jika di tanam berdekatan. Ciri khas tanaman indeterminate biasanya setiap tiga daun ada satu bunga. Jadi tunas bisa di jarangkan sesuai dengan kebutuhan.

Tomat Cordon/Indeterminate biasanya memiliki buah yang matang secara bertahap sehingga masa panen lebih panjang. Jenis tomat ini cocok untuk ditanam dikebun rumahan karena suply tomat akan tercukupi dalam waktu lama dengan sekali tanam. Tomat ini bisa tumbuh sangat besar dan lebih berumur panjang dibanding tipe tomat lain. Jadi siapkan tiang yang tinggi. 


Tomat Determinate (Bush)
Tomat ini berbeda dengan jenis Indeterminate karena secara umum tidak terlalu membutuhkan tiang dan kita tidak harus menjarangkan tunas sehingga membutuhkan lebih sedikit perawatan. Tapi kalau menurutku tetap membutuhkan tiang karena buahnya lumayan banyak dan kalau gak ditiangin akan tergeletak di tanah jadi lebih gampang terkena hama. Jadi siapkan tiang tapi tidak perlu terlalu panjang, karena tumbuhnya tidak terlalu tinggi.


Salah satu kehebatan jenis ini buahnya matang hampir secara bersamaan dan tidak terlalu tinggi, yang aku coba tingginya kira semeter. Jadi kalau nanam secara komersil cocok sekali karena bisa panen 2 atau tiga kali dengan selang waktu berdekatan. Tomat determinateku yang cuma berapa pot itu juga kewalahan ngabisinnya karena matang dalam waktu berdekatan. Ini banyak di tanam di luar negeri karena masa tanam mereka terbatas.

Jenis ini juga cocok di tanam di pot karena tanaman tidak terlalu besar dan tidak terlalu tinggi tapi buahnya banyak.  Cuman pot pilih yang agak gede ya...

Sebenarnya ada juga tomat jenis lain di pasaran yaitu semi determinate. Tomat ini lebih besar dari tomat determinate sehingga membutuhkan tiang, tapi lebih kecil dari interdeminiate dan buahnya matang secara bersamaan. Tomat semi determinate biasanya tomat hybrid. 

Dwarf Bush (Hanging Basket) Tomato Varieties.  
Tomat ini lebih kecil dari tomat determinate. Mereka di kembangkan untuk ditanam di pot. Biasanya mereka di tanam berukuran sedang atau pot gantung, jadinya cantik banget kalau lagi berbuah.  Seperti foto di bawah ini : 




Gimana cantik banget kan, sayang aku belon dapet bibitnya. Mudah2 bisa cepet dapet.


Jadi kalau beli bibit tomat baca kemasannya biar tahu jenisnya apa biar ada persiapan. Apalagi kalau nanamnya di pot kaya aku jadi ukuran potnya bisa disesuaikan dengan jenis tomatnya. Kalau tomat jenis intermediate harus yang gede minimal seukuran ember besar soalnya tanamannya tumbuh tinggi banget jadi harus ada ruang untuk akarnya dan tempat menancapkan tiang agar stabil. 

Selasa, 16 November 2010

Kangkung Darat

Aku tadinya mau bikin blog khusus tentang tomat saja tapi karena harus ada yang namanya rotasi tanaman biar enggak diserang hama, ditambah tergoda juga menanam tanaman yang lain maka aku menanam sayuran sebagai rotasi tanam. Sayang juga kalau pengalaman menanam sayur ini tidak diabadikan, makanya aku posting di sini aja karena males juga bikin blog baru.

Kenapa menanam kangkung darat alasannya klise, aku doyan banget apalagi dibikin kangkung seafood sama saus tiram, yummy banget .


Pertama yang perlu disiapin tanah bekas tomat ditambah dengan kompos biar subur lagi soalnya tomat agak rakus haranya. Kangkung pasti mau tumbuh di tanah yang subur. Setelah ditambah dengan kompos tanah dimasukkan kembali ke ke pot dan siram sampai lembab. Lalu bikin lubang kecil tanah dengan jarak tertentu lalu masukin tiga biji kangkung di setiap lubang lalu tutup kembali dengan tanah. Tutup pot dengan plastik untuk mempertahankan kelembapan, setelah intip aja tiap hari siapa tahu sudah tumbuh, biasanya kalau benihnya baru dua atau tiga hari sudah muncul seperti ini:

Tunas kangkung 
Setelah dua minggu sudah terlihat seperti tanaman kangkung yang dijual di pasar, walaupun masih versi kecil dan sejauh ini belum ada tanda-tanda serangan hama. Senangnya.......

Kangkung di keranjang 2 minggu
Yang di pot juga kayanya sehat sentosa juga, buat kangkung and sayuran lain sebisa mungkin pakai pot yang nomor plastiknya 5 biar lebih aman biasanya sih bekas selai atau es krim.

Kangkung 2 minggu di pot
Ini dia kangkung siap dimasakn, umurnya sekitar 26 hari. Dipetik sepuluh menit sebelum dimasak segar sekali, mana ada supermarket yang jual sayur sesegar ini.

Ready to cook
Postingan ini membuktikan walau ditanam tanpa pestisida sayuran bisa bebas hama. Asal kita mau pasti bisa.
Kelihatan kan bebas hama walau tanpa pestisida
Perjalanan terakhir sang kangkung di kuali jadi kangkung saus tiram, yang menurut saya enak banget walau tanpa tambahan seafood karena memakai kangkung yang super fresh dan bumbunya good quality, no restaurant can beat that!. Gambarnya kurang jelas nih karena lampunya kurang terang dan wajannya berwarna coklat.

Kangkung saus tiram
Jadi ayo tanam sayuran juga di rumah kamu, gampang kok. Aku aja bisa padahal gak punya basic pertanian, pakai ilmu nekat aja setelah dicoba ternyata mengasyikkan dan menghilangkan stress juga. Jadi bisa dapet dua manfaat sayuran organik  gratis dan stress free. 

Jumat, 05 November 2010

Mari bikin Kompos!.... Go Green


Kalau mau menanam secara organik maka keberadaan kompos menjadi sangat esensial, karena kompos merupakan pengganti pupuk kimia.  Kompos yang kita gunakan tidak harus selalu membeli kita bisa coba dengan membuat sendiri dari sampah organik yang kita miliki. Selain menghemat kita juga membantu mengurangi sampah yang dibuang sehingga kita dapat menyukseskan program Go Green untuk menyelamatkan bumi kita dari pemanasan global.

Ada berbagai cara untuk membuat kompos mulai dari yang gampang sampai yang agak sulit. Menurutku untuk skala rumah tangga ada beberapa yang cocok di coba dan gampang yaitu Metode Takakura. Menurut saya ini adalah cara paling gampang membuat kompos karena gampang dan tidak berbau serta anti gagal karena gampang banget. Adapun yang dibutuhkan :
  1. Keranjang untuk cucian kotor yang ada tutupnya. Harus bolong2 sampingnya untuk aerasi.
  2. Kardus seukuran keranjang di atas
  3. Kompos yang sudah jadi  kalo ada bisa ditambah dengan kotoran sapi atau kambing yang sudah terfermentasi dengan baik.
  4. Abu gosok atau zeolit atau sekam untuk di dasar keranjang jika ada air akan terserap, tapi lebih baik jika zeolit karena dapat menyerap cairan lebih baik dan merupakan media tanam yang sempurna karena menyerap lindi dari kompos yang merupakan pupuk organik juga cuman cair.
Pertama, pilahkan sampah organik ( sampah dapur dan halaman ).  Jenis sampah organik yang bisa diolah menjadi kompos itu adalah : 
  • sampah sayur baru
  • sisa sayur basi, tapi ini harus dicuci dulu, peras, lalu buang airnya
  • sisa nasi 
  • kulit telur
  • sampah buah ( anggur, kulit jeruk, apel dll ). Tapi tidak termasuk kulit buah yang keras seperti kulit salak.
  • daun kering, rumput

Sampah organik yang tidak bisa diolah :
  • protein seperti daging, ikan, udang, juga lemak, santan, susu karena mengundang lalat sehingga tumbuh belatung
  • biji2 yang utuh atau keras seperti biji salak, asam, lengkeng, alpukat dan sejenisnya. Buah utuh yang tidak dimakan karena busuk dan berair seperti pepaya, melon, jeruk, anggur.
  • sisa sayur yang berkuah harus dibuang airnya, kalau bersantan harus dibilas air dan ditiriskan.

Kedua, Siapkan keranjangnya taruh abu gosok atau zeolit secukupnya masukkan kardus. semua sampah itu dipotong kecil atau digunting jadi kecil agar prosesnya lebih cepat, terus sampah dapur dimasukkan ke keranjang Takakura, dan diaduk2 dengan kompos yang sudah jadi. Setiap hari bisa dimasukin sampah baru sambil diaduk. Kalau prosesnya benar, maka pengomposan ini sama sekali tidak menimbulkan bau busuk.
Tutupnya ditaruh kain agar gak ada yan masuk soalnya
lubangnya gede-gede.

Ditaruh dibawah bak cuci piring biar gampang. Yang kecil
buat sampah Anorganik dan Takakura buat yang Organik.

Zoom sampah dapur di Takakura, baru dikit.

Ini dia penampakannya dari atas.

Setelah satu bulan kita bisa ambil kalo perlu tapi cuma sepertiganya yang boleh diambil sisanya yang belum matang biarkan tetap di keranjang agar proses pengomposan terus berlanjut dan kita terus panen kompos dengan gratis sambil menyelamatkan bumi kita. Hebat bukan!.

Senin, 11 Oktober 2010

Akhirnya Dapat Juga Tomat Cherrynya

Bibit tomat cerinya tidak ketemu juga, saya mencoba memakai cara memutar. Aku cari tomat ceri di supermarket setelah keliling-keliling akhirnya ada satu supermarket yang menjual tomat ceri, senangnya luar biasa, seperti menang undian deh. Tapi tomatnya masih orange semu-semu hijau, tidak tahu bisa apa tidak yang penting dicoba dulu deh.

Si tomat ceri dipencet sampai keluar bijinya lalu dicuci sampai bersih dan dijemur sampai kering, tapi jangan jemur di bawah terik matahari langsung. Setelah kering rendam di air hangat minimal 30 menit dan semai. Hasilnya tidak karuan ada yang tidak tumbuh, ada yang tumbuh tapi keriting dan tidak gede-gede, untungnya ada juga yang tumbuh dan bagus walau cuma beberapa batang. Kesimpulannya ini bibitnya dari benih F1 alis hybrid memang kalau di tanam gak akan seperti aslinya. Aku anggap saja lagi melakukan dehibridisasi siapa tahu bisa stabil sampai turunan kesembilan.

Dari beberapa tanaman yang sehat itu akhirnya aku pindahkan ke pot tanam, akhirnya dengan ketelatenan bapakku bisa berbuah juga, emang bertangan dingin si bos. Ini dia salah satunya yang berhasil berbuah.


Kayanya saya bakalan menikmati buah tomat ceri, sudah kelihatannya buahnya bakalan banyak, mudah-mudahan bisa selamat walaupun hujan terus menerus. Soalnya mereka hidup tanpa pestisida, kalau ada serangan penyakit yang bisa saya lakukan cuma pasrah, soalnya tidak rela kalau mesti pakai pestisida. Apa artinya menanam sendiri kalau harus beracun juga, mending beli aja.


Kelihatannya buahnya bakalan banyak dalam satu pohon. Inilah yang paling aku sukai dari tomat cherry, produktivitasnya yang luar biasa, walau kalau ditimbang yah beratnya sama saja sama tomat biasa mungkin bahkan lebih ringan. Memandang saja rasanya sudah senang, tiap sore acara minum teh pindah ke sini, asyik aja minum teh sambil mandangin tanaman ini.


Hanya tinggal menunggu waktu hingga si tomat merah merona, kadang tergoda juga buat bikin sambel ijo tapi sayang banget metiknya. Lebih baik tunggu sampai merah semua. Kelihatan banget deh saya doyan sambel ijo :)


Sepertinya alam berbaik hati dan tomat ceri pun mulai memerah dan siap masuk perutku. Entah kenapa tomat ini rasanya manis segar padahal tomat ceri yang dulu di beli di supermarket asemnya nyaingin jeruk nipis, mungkin karena belum matang. Akhirnya karena rasanya enak pada akhirnya si tomat ceri jadi camilan sekeluarga dan tidak ada yang jadi sambel semuanya habis dicamil.


Rasanya tidak menyesal menanamnya semua kerepotan rasanya terbayar dengan rasa tomat yang manis dan menyegarkan, pokoknya gak nyesel deh menanamnya.


Ayo coba tanam juga selain rasanya jauh lebih enak daripada beli dan lebih murah juga, soalnya harga tomat cherry rada mahal karena jarang ada yang membudidayakannya. Kalau menanam sendiri lebih aman karena enggak pakai pestisida.

Sekarang saya lagi menanam bayam kangkung, caisim, terung sama bayam merah. Kalau ada waktu nanti aku posting lagi. Ayo tanam apa yang kita makan dan tak ada tempat bukan halangan, karena di pot juga bisa panen kok.

Selamat berkebun dan nikmati hasil panen Anda :)

Minggu, 10 Oktober 2010

Pengalaman Pertama Menanam Tomat

Saya lagi mencoba berkebun karena ternyata penggunaan pestisida di negara kita, ternyata  melewati ambang batas, pantas saja banyak yang terkena penyakit aneh dan berbahaya seperti kanker.

Alasan ini merupakan motivasi awal saya mencoba menanam sayuran yang sering aku dikonsumsi, sekarang yang lagi saya tanam tomat karena kami mengonsumsinya setiap hari. Menurut penelitian ternyata tomat merupakan salah satu sayuran dengan kandungan residu pestisida yang tinggi karena banyak menggunakan pestisida dalam tahap penanamannya. Bayangkan betapa tingginya residunya di tubuh kita jika kita mengonsumsinya setiap hari.

Bibit
Sebenarnya saya mau menanam tomat ceri tapi nyari bibitnya susah padahal menurut saya tomat ceri itu lebih enak kalau dimakan langsung, lebih gampang ditanam dan yang paling asyik buahnya banyak dalam satu pohon. Nah ini dia yang jadi masalah, gila susah banget nyari bibit tomat ceri di Bandung (entah saya yang tidak tahu beli di mana dan memang jarang yang jual kemasan hobi untuk tomat). Setelah mencari di toko-toko pertanian di Bandung ternyata gak ada, di Lembang juga ga ada. Akhirnya setengah putus asa dari bibit yang ada saya cari yang paling kecil ukurannya (walaupun bukan tomat cherry dan isinya banyak pula).

Tanam
Setelah dapat bibitnya, mau di tanam di manakah sang tomat karena harus kena sinar matahari langsung minimal 8 jam, batal deh nanam di beranda. Niat awalnya sih nanam di sana, semua tanah di rumah sudah jadi bangunan, yang kosong cuma tempat jemuran pakaian dan akhirnya diputuskan di sanalah si tomat akan di tanam. Berhubung lagi enggak ada dana buat membeli pot yang sesuai standar dan indah, akhirnya ember di rumah yang aku korbankan dan beberapa pot lima ribuan dari hasil jalan-jalan di Punclut.

Media tanamnya beli di salah satu toko pertanian, terus terang biaya beli media tanamnya lebih mahal dari pot dan benihnya. Nanti saya mau belajar bikin sendiri tapi katanya media tanam yang udah ada tinggal ditambahin pupuk kandang atau kompos saja tapi tetap saja pada akhirnya harus diganti.  

Maka mulailah perjalananku menanam tomat di atap rumah nan sempit. Dengan sedikit keberuntungan akhirnya si tomat yang berbuah juga (habis hujan deras setiap hari). Terus terang saya senang sekali tomat ini akhirnya berbuah, saya pernah menanam sansivera, sirih merah dan polia tapi semuanya habis dibantai anjingku. Dengan kata lain inilah tanamanku yang pertama membuahkan hasil dan bisa dimakan pula.

Foto yang ini waktu tomatnya mulai menunjukkan beberapa calon buah, bulat-bulatan kecil berwarna hijau muda itulah yang akan membesar menjadi buah tomat yang merah merona.



Setelah semua buah terbentuk tampilannya menggiurkan. Calon tomat yang akan saya nikmati dan pasti akan jadi sambel yang enak banget. Saya menganggapnya sebagai ini tomat organik karena tidak pakai pestisida walau masih diberi pupuk NPK juga sewaktu mulai berbunga, karena kata bapak saya haranya tidak akan cukup, walau saya yakin bisa kok dengan kompos saja.


Mungkin karena tomat ini hibrida jadi pertumbuhannya seragam dan memiliki kekebalan terhadap penyakit tertentu. Lumayan buat pemula seperti saya untuk mencegah gagal panen tanaman sayuran pertamaku. Oh iya tomat itu di kategorikan sayur untuk mempermudah pemasaran padahal secara ilmiah dikategorikan sebagai buah.

Sudah mulai terlihat kalau tomatnya mulai memerah dan sudah bisa digunakan untuk memasak jika diperlukan, dan sudah pas kalau mau bikin sambal ijo. Ini namanya berhemat dan bersenang-senang pada saat bersamaan.



Mungkin karena jenis tomatnya determinate maka buah tomatnya matang dalam jangka waktu yang berdekatan. Sehingga hasil panen lumayan melimpah pada saat bersamaan. Kalah kecepatan kita menghabiskannya dengan kecepatan buahnya masak, sampai aku rajin minum jus tomat dan bikin gula tomat saking sayangnya kalau tomatnya terbuang percuma dan memang rasanya lebih enak dibanding tomat di pasar karena matang di pohon. 

Kalau kebetulan kalian panen tomat pada saat yang sama bisa dibekukan jika Anda mau. Walau bentuknya sudah tidak karuan saat dicairkan tapi rasa tomatnya tetap terjaga dan tetap enak. Kalau tomat beku untuk jus mungkin lebih cocok karena tidak perlu lagi menambahkan es batu cuman pastikan Anda memotongnya kecil-kecil sebelum membekukannya supaya blendernya lebih mudah menghancurkannya.

Selamat berkebun dan nikmati hasil panen Anda :)